Beberapa kampus negeri dan
swasta memang memiliki kampus yang luas, seperti kampus universitas Indonesia
Depok yang sangat luas dan diselingi hutan, Universitas Hasanudin Makassar yang
bahkan angkutan umum masuk ke dalam kampus karena jarak yang jauh antara gedung
kuliah dan jalan utama. Atau kampus yang memiliki lebih dari satu kompleks,
seperti Universitas Negeri Jakarta
Rawamangun atau Institut Pertanian Bogor atau Universitas Dipenogoro
Semarang. Saya sendiri berasal dari kampus yang yang kecil, di Institut
Teknologi Bandung mahasiswa hanya butuh waktu 5-10 menit untuk berjalan dari
gerbang depan ke depan belakang, dan hanya membutuhkan waktu 2 jam saja untuk
menutup semua mading kampus dengan publikasi lembaga dakwah.
Jawaban saya akan pertanyaan
ini bersumber dari diskusi saya dengan kader dakwah dari kampus lain, terutama
dari kampus yang pernah saya kunjungi. Tantangan yang dihadapi dalam kondisi
ini biasanya terkait syiar kampus dan koordinasi dakwah. Dua fokus inilah yang
akan jadi pendekatan saya menjawab pertanyaan ini. Sebelumnya saya akan
mengklasifikasikan kondisi geografis kampus untuk memudahkan pendekatan, yakni:
- Kampus memiliki lebih dari satu kompleks yang sangat berjauhan ( subjek pengamatan : IPB dan UNPAD)
- Kampus memiliki lebih dari satu kompleks, akan tetapi jarak tidak terlalu jauh ( subjek pengamatan : UNJ )
- Kampus yang hanya satu fakultas saja yang terpisah dari kompleks kampus utama ( subjek pengamatan : UNAND )
- Kampus yang sangat luas dari segi geografis ( subjek pengamatan : UNHAS dan UI )
Empat klasifikasi ini akan
menggunakan pendekatan tersendiri. Jawaban yang akan saya berikan merupakan
gabungan dari pendapat kader dari kampus yang menjadi subjek pengamatan dan pandangan ideal menurut saya
pribadi. Sehingga mungkin ada perbedaan dari apa yang saya tuliskan dengan
kenyataan di kampus yang menjadi subjek pengamatan.
Kampus memiliki lebih dari satu kompleks yang sangat
berjauhan
Ada kampus yang dibangun di
dua atau mungkin lebih kompleks yang dalam jarak yang berjauhan, selain IPB,
UNPAD Bandung juga memiliki 2 kampus yang berjauhan. Saya akan melihat dengan
kondisi di IPB terlebih dahulu. Ada dua kampus yang berjarak sekitar 10 km dan
waktu tempuh sekitar 45 menit hingga 1 jam. IPB yang saya kenal adalah kampus
yang memiliki kader dalam jumlah yang sangat banyak, dan memiliki masa Tahap Persiapan
Bersama yang di asramakan. Kebijakan yang dibangun di kampus ini adalah
membangun dua Lembaga dakwah, yang masing-masing berdomisili di masing-masing
komplek kampus. Al Hurriyah dan Al Ghifary, dua lembaga dakwah kampus ini memiliki
kebijakan dan arahan dakwah masing-masing akan tetapi tetap berkoordinasi dalam
Forum Silahturahim LDK IPB untuk sinergisasi gerak dakwah.
Di UNPAD yang satu kampus
berada di daerah jatinangor dan satu lagi di kota Bndung, kebijakan yang
diambil adalah mengoptimalkan Lembaga dakwah di tingkat fakultas untuk
mengoptimalkan gerak dakwah di masing-masing fakultas. Mereka tetap dengan satu
lembaga dakwah tingkat kampus, akan tetapi ada penanggungjawab (PJ) LDK FKDF di
kompleks UNPAD Bandung. PJ ini bertugas
untuk mengkordinir lembaga dakwah fakultas yang ada di kompleks kampus
tersebut. Untuk agenda syiar skala kampus biasanya tempat kegiatan
berpindah-pindah, dan bergantian antara kampus jatinangor dan kampus bandung.
Kampus memiliki lebih dari satu kompleks, akan tetapi jarak
tidak terlalu jauh
Universitas Negeri Jakarta
di daerah Rawamangun adalah kampus yang memiliki kompleks dua buah. Mereka
menyebutnya Kampus A dan Kampus B, pembagian fakultas memang tidak merata, di
kampus B hanya ada dua Fakultas, yakni MIPA dan Olahraga. Kebijakan yang
diambil di kampus ini adalah tetap dengan satu komando dalam satu lembaga
dakwah tingkat kampus. Dimana fungsi utama lembaga dakwah tingkat kampus adalah
mengkoordinir dan menstimulus pergerakan di tingkat fakultas. lagi-lagi memang
untuk kampus yang secara geografis luas, pendekatan dengan lembaga dakwah
fakultas merupakan cara yang sangat jitu. Untuk agenda syiar biasanya diadakan
di kampus A yang lebih banyak mahasiswanya dan juga menjadi basecamp dari lembaga dakwah kampusnya.
Untuk “membawa” massa dari kampus A ke kampus B tidak begitu jadi masalah
karena jarak yang hanya kurang dari 500 m saja. Media yang digunakan untuk
mengajak dengan publikasi dan ajakan individu kader di masing-masing
fakultas. Sejauh pengamatan saya kebijakan ini berjalan
dengan baik karena lembaga dakwah fakultas dapat menjalankan perannya dengan
sangat baik. Pendekatan dakwah lebih intens dilakukan oleh lembaga dakwah
tingkat fakultas, pengelolaan independen dari kaderisasi dan syiar dilakukan di
fakultas.
Kampus yang hanya satu fakultas saja yang terpisah dari
kompleks kampus utama
Biasanya
ini terjadi pada kampus yang mempunyai fakultas kedokteran. Saya mengambil
contoh UNAND dengan alasan kebetulan ketika menulis tulisan ini, saya sedang
berada di Kota Padang. UNAND memiliki dua kampus. Kampus utama diatas bukit dan
kompleks fakultas kedokteran UNAND di daerah Jati, Kota Padang, mereka sering menyebut UNAND
bawah. LDK FKI Rabbani UNAND cukup berperan besar dalam gerak dakwah di UNAND,
LDF tetap ada, tetapi menurut pengamatan saya kekuatan LDK disini cukup besar.
Sehingga beberapa agenda skala kampus dilakukan secara rutin. Untuk penanganan
di kampus FK, didirikan SKI ( LDF ) tersendiri yang mengelola kaderisasi dan
syiar secara mandiri. Sejauh ini syiar skala kampus selalu diadakan di kampus
atas, dan sulit untuk mengajak massa non-kader dari kampus FK untuk mengikuti
acara syiar di kampus atas. Mungkin bagian ini cocok dengan seluruh FK di
seluruh Indonesia. Adanya FULDFK ( forum ukhwah lembaga dakwah fakultas
kedokteran ) bisa menstimulus gerak dakwah di fakultas kedokteran yang relatif
panjang karena ditambah pula dengan massa Koas. Saya sangat merekomendasikan
untuk menguatkan dakwah di tingkat fakultas terkait kondisi ini.
Kampus yang sangat luas dari segi
geografis
Bagi yang
baru datang ke kampus UI Depok Anda pasti tidak akan langsung bisa menghafal
dimana FE, dimana FT, dimana FH dan sebagainya. Karena memang luasnya kampus
ini. Begitupula kampus UNHAS Makassar yang juga memiliki kampus yang sangat
besar pula. Saya mengamati pada kampus yang besar secara geografis ini kekuatan
LDK dalam menyentuh langsung massa kampus tidak begitu kuat. Apalagi dengan
lembaga dakwah tingkat fakultas yang sangat kuat, dan memang untuk kondisi
kampus yang besar secara geografis memang yang harus diutamakan kekuatan
lembaga dakwah tingkat fakultas. lembaga dakwah tingkat kampus bisa dengen
mengadakan sesekali agenda dakwah skala kampus dan membuat sinergisasi antara
LDF, seperti membuat arahan dakwah bersama, isu bersama dan lainnya. Sehingga effort yang dikeluarkan lembaga dakwah
tingkat pusat sedikit, akan tetapi karena didukung oleh lembaga dakwah tingkat
fakultas, gerak dakwah tetap akan terasa. Fungsi lembaga dakwah tingkat
fakultas dapat difokuskan kearah eksternal kampus, seperti menanggapi isu
nasional, membantu akselerasi kampus lain, atau membangun jaringan skala
internasional.
0 comments:
Post a Comment