Janganlah kamu merasa kecil diri, lalu kamu samakan dirimu dengan orang lain. Atau kamu tempuh dalam dakwah ini jalan yang bukan jalan kaum mukminin. Atau kamu
bandingkan dakwahmu yang cahayanya diambil dari cahaya Allah dan
manhajnya diserap dari sunnah Rasul-Nya dengan dakwah-dakwah lainnya
yang terbentuk oleh berbagai kepentingan lalu bubar begitu saja dengan
berlalunya waktu dan terjadinya berbagai peristiwa. Kuncinya adalah
Tsabat dalam jalan dakwah ini’. Kalau begitu bagaimana bangunan tsabat
yang kita miliki?
(Imam Syahid Hasan Al- Bana)
Ikhwah, mari kita tengok kembali
perjalanan dakwah kita saat ini, ternyata dakwah kita saat ini sedang
mengalami fase – fase yang tidak mengenakkan. Diserang dari udara,
darat, air, dan dari segala penjuru mata angin. Dengan berbagai isu yang
menerpa, berbagai cobaan, godaan yang senantiasa menghampiri aktivitas
dakwah kita hari ini, baik ditingkat Negara, maupun sampai yang terkecil
ditingkat kampus, semuanya tak lepas dari tantangan, rintangan, godaan,
rayuan, yang seperti tak kenal henti untuk terus menerpa, menghantui,
mengganggu setiap aktivitas dakwah yang kita lakukan. Tetapi ikhwah,
benar apa yang pernah disampaikan oleh Ustadz Lutfi Hassan dalam sebuah
forum, bahwa jamaah dakwah kita ini adalah ibarat gadis cantik, banyak
yang menggoda, merayu, mengganggunya, dan si gadis cantik akan semakin
mempercantik dirinya. Wajar kalau sekarang ini banyak tantangan, godaan
yang menghadang, karena ini adalah merupakan karakteristik dakwah ini,
banyak rintangannya, sedikit pengikutnya.
Akhi, lalu kemudian mari kita buka
kembali lembaran – lembaran materi tarbiyah yang dulu pernah disampaikan
oleh murobbi kita, tentang keteguhan hati, rukun ke tujuh, tsabat.
Barangkali rukun ini perlu kita renungi kembali sebagai sebuah
keniscayaan yang harus kita miliki. Karena tsabat akan menguatkan kita
dalam kondisi apapun. Tsabat adalah teguh pendirian dan tegar dalam
menghadapi ujian serta cobaan di jalan kebenaran. Tsabat bagai benteng
bagi seorang kader. Ia sebagai daya tahan dan pantang menyerah.
Ketahanan diri atas berbagai hal yang merintanginya. Hingga ia
mendapatkan cita-citanya atau mati dalam keadaan mulia karena tetap
konsisten di jalan-Nya.
Ikhwah, sedikit mereview makna tsabat
dalam Majmu’atur Rasail, Imam Hasan Al Banna menjelaskan bahwa yang
dimaksud dengan tsabat adalah orang yang senantiasa bekerja dan berjuang
di jalan dakwah yang amat panjang sampai ia kembali kepada Allah SWT.
dengan kemenangan, baik kemenangan di dunia ataupun mati syahid.
“Di antara orang-orang mukmin itu ada
orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah
SWT. maka di antara mereka ada yang gugur. Dan di antara mereka ada pula
yang menunggu-nunggu dan mereka sedikitpun tidak merubah janjinya”. (Al- Ahzab: 23).
Sesungguhnya jalan hidup yang kita lalui
ini adalah jalan yang tidak sederhana. Jauh, panjang dan penuh liku
apalagi jalan dakwah yang kita tempuh saat ini. Ia jalan yang panjang
dan ditaburi dengan halangan dan rintangan, rayuan dan godaan. Karena
itu dakwah ini sangat memerlukan orang-orang yang memiliki muwashafat ‘aliyah, yakni orang-orang yang berjiwa ikhlas, itqan
(profesional) dalam bekerja, berjuang dan beramal serta orang-orang
yang tahan akan berbagai tekanan. Dengan modal itu mereka sampai pada
harapan dan cita-citanya.
Ikhwah, seperti kita pahami bersama,
bahwa dakwah ini juga senantiasa menghadapi musuh-musuhnya di setiap
masa dan zaman sesuai dengan kondisinya masing-masing. Tentu mereka
sangat tidak menginginkan dakwah ini tumbuh dan berkembang. Sehingga
mereka berupaya untuk memangkas pertumbuhan dakwah atau mematikannya.
Sebab dengan tumbuhnya dakwah akan bertabrakan dengan kepentingan hidup
mereka. Oleh karena itu dakwah ini membutuhkan pengembannya yang berjiwa
teguh menghadapi perjalanan yang panjang dan penuh lika-liku serta
musuh-musuhnya. Merekalah orang-orang yang mempunyai ketahanan daya
juang yang kokoh.
Untuk contoh ini, mari kita belajar dari
mereka. Rasululullah dan sahabat, serta para muassis dakwah ini, ketika
berjuang menegakkan kalimatullah. Kita bisa melihat ketsabatan
Rasulullah SAW. Ketika beliau mendapatkan tawaran menggiurkan untuk
meninggalkan dakwah Islam tentunya dengan imbalan. Imbalan kekuasaan,
kekayaan atau wanita. Tetapi dengan tegar beliau menampik dan berkata
dengan ungkapan penuh keyakinannya kepada Allah SWT. Demikian pula para
sahabatnya ketika menjumpai ujian dan cobaan dakwah, mereka tidak pernah
bergeser sedikitpun langkah dan jiwanya. Malah semakin mantap komitmen
mereka pada jalan Islam ini. Ka’ab bin Malik pernah ditawari Raja
Ghassan untuk menetap di wilayahnya dan mendapatkan kedudukan yang
menggiurkan. Tapi semua itu ditolaknya sebab hal itu justru akan
menimbulkan mudharat yang jauh lebih besar lagi.
Demikian pula kita merasakan ketegaran
Imam Hasan Al Banna dalam menghadapi tribulasi dakwahnya. Ia terus
bersabar dan bertahan. Meski akhirnya ia pun menemui Rabbnya dengan
berondongan senajata api. Dan Sayyid Quthb yang menerima eksekusi mati
dengan jiwa yang lapang lantaran aqidah dan menguatkan sikapnya
berhadapan dengan tiang gantungan. Beliau dengan yakin menyatakan kepada
saudara perempuannya, ‘Ya ukhtil karimah insya Allah naltaqi amama babil jannah. (Duhai saudaraku semoga kita bisa berjumpa di depan pintu surga kelak’).
Ikhwah, setelah melihat beberapa teladan
dalam sikap tsabat tersebut, mari kita pahami, kemudian kita miliki
sikap tersebut dalam amal – amal dakwah kita. (Al Istiqamah alal Huda).
Berpegang teguh pada ketaqwaan dan kebenaran hakiki, tidak mudah
terbujuk oleh bisikan nafsu rendah dirinya sekalipun. Sehingga diri
kukuh untuk memegang janji dan komitmen pada nilai-nilai kesucian. Ia
tidak memiliki keinginan sedikit dan sekejap pun untuk menyimpang lalu
mengikuti kecenderungan hina dan tipu muslihat setan durjana. Dan sikap
ini harus terus diri’ayah dengan taujihat dan tarbawiyah
sehingga tetap bersemayam dalam sanubari yang paling dalam. Dengan
bekalan itu seorang kader dapat bertahan berada di jalan dakwah ini.
“Duhai pemilik hati, wahai pembolak
balik jiwa, teguhkanlah hati dan jiwa kami untuk senantiasa berpegang
teguh pada agama-Mu dan ketaatan di jalan-Mu”.
0 comments:
Post a Comment